Webinar Konservasi Harimau Sumatera di TNGL: Merawat Sang Raja Rimba di HUT TNGL ke-45
SHARE

Webinar Konservasi Harimau Sumatera di TNGL: Merawat Sang Raja Rimba di HUT TNGL ke-45

Junita Wahyudi, Banda Aceh, 6 Maret 2025

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ke-45, TN Gunung Leuser kembali menegaskan komitmennya dalam pelestarian Harimau Sumatera melalui webinar bertajuk "Konservasi Harimau Sumatera di TNGL". Acara yang diselenggarakan pada Kamis, 6 Maret 2025 ini menghadirkan diskusi inspiratif bersama para ahli dan didukung oleh Wildlife Conservation Society Indonesian Proggrame (WCS-IP), organisasi yang berperan aktif dalam upaya konservasi Harimau Sumatera di kawasan TNGL. Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian acara perayaan HUT TNGL yang bertujuan meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya menjaga kelestarian Harimau Sumatera sebagai bagian dari ekosistem yang seimbang.

Webinar ini dibuka secara resmi oleh Direktur Konservasi Spesies dan Genetik – Ditjen KSDAE, yang menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, lembaga konservasi, akademisi, dan masyarakat dalam upaya pelestarian satwa liar. Acara yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam ini menghadirkan diskusi mendalam yang mengeksplorasi berbagai aspek penting dalam perlindungan Harimau Sumatera sebagai salah satu satwa kunci TNGL. Dengan menghadirkan empat narasumber ahli, webinar ini menjadi ajang berbagi wawasan terkait tantangan dan strategi konservasi yang semakin kompleks di tengah ancaman perubahan habitat dan konflik dengan manusia.

Kepala Balai Besar TNGL, Bapak Subhan, S.Hut., M.Si, membuka sesi diskusi dengan menegaskan pentingnya TNGL sebagai habitat utama Harimau Sumatera. Dengan statusnya sebagai salah satu benteng terakhir bagi populasi harimau liar di Sumatra, TNGL terus memperkuat strategi konservasi demi memastikan keberlanjutan spesies ikonik ini. Dalam pemaparannya, beliau juga menjelaskan upaya konkret yang telah dilakukan, seperti patroli intensif untuk mencegah perburuan liar, program restorasi habitat, serta peningkatan kapasitas masyarakat lokal dalam mendukung konservasi.

Narasumber berikutnya, Tarmizi dari Wildlife Conservation Society (WCS-IP), memaparkan pelaksanaan survei dan analisis kepadatan Harimau Sumatera di TNGL. Dengan menggunakan metode ilmiah seperti kamera jebak dan pendekatan ekologi, data yang diperoleh menjadi landasan penting dalam merancang strategi perlindungan yang lebih efektif. Tarmizi juga memaparkan hasil terbaru dari survei yang menunjukkan tren populasi harimau dan tantangan yang dihadapi dalam menjaga populasi ini tetap stabil.

Dr. Pindi Patana, S.Hut., M.Sc, Ketua Kluster Keilmuan Ko-Eksistensi Manusia dan Satwa Liar membahas pentingnya membangun harmoni antara manusia dan harimau. Dengan pendekatan berbasis masyarakat, solusi koeksistensi menjadi kunci dalam mengurangi konflik dan menjaga keberlanjutan ekosistem TNGL. Beliau memaparkan program edukasi dan pendampingan masyarakat yang telah dilakukan, seperti pelatihan mitigasi konflik, pengembangan ekonomi berbasis konservasi, dan kampanye penyadartahuan menjadi langkah strategis dalam mendukung konservasi harimau.

Rangkaian pemaparan ditutup oleh drh. Anhar Lubis, Koordinator Divisi Leuser Rescue Team di Lembaga Forum Konservasi Leuser, mengupas tantangan di lapangan dalam penyelamatan Harimau Sumatera korban jerat dan interaksi negatif. Upaya rescue ini tidak hanya membutuhkan keterampilan medis, tetapi juga pemahaman mendalam terhadap perilaku harimau serta strategi mitigasi konflik dengan manusia. Beliau berbagi pengalaman dalam menangani harimau yang terjerat, proses rehabilitasi, dan pelepasliaran kembali ke habitat alami.

Webinar ini diikuti lebih dari 500 peserta yang menunjukkan antusiasme tinggi dalam sesi tanya jawab. Berbagai pertanyaan diajukan, mulai dari strategi pencegahan konflik, program pelibatan masyarakat, hingga tantangan teknis dalam survei populasi harimau. Diskusi yang dinamis ini menegaskan besarnya kepedulian publik terhadap pelestarian Harimau Sumatera.

Webinar ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemerintah, organisasi konservasi, dan masyarakat memegang peran penting dalam menyelamatkan Harimau Sumatera dari ancaman kepunahan. Lebih dari sekadar ajang berbagi ilmu, diskusi ini juga menjadi momentum refleksi bersama untuk merumuskan langkah konkret dalam perlindungan harimau. Dengan sesi yang interaktif dan penuh wawasan, diharapkan semakin banyak pihak yang terlibat aktif dalam upaya konservasi serta menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Selamat ulang tahun ke-45, TNGL! Bersama, kita jaga warisan alam untuk generasi mendatang. Mari terus bergerak dan berkontribusi dalam upaya konservasi demi menjaga keberlanjutan ekosistem dan kelestarian Harimau Sumatera sebagai simbol kejayaan rimba Indonesia.

Artikel Terkait

19 Nov 2022
924 kali
Kemitraan Konservasi: Upaya TNGL dalam Pemulihan Ekosistem Hutan di Indonesia
(Banda Aceh, November 2022) Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) bersama Simpul Indonesia...
#Berita
by Muhammad Ali Syahputra
19 Nov 2022
746 kali
Petugas TN Gunung Leuser Jemput Trenggiling di Kantor Komisi Independen Pemilihan Aceh Selatan
Tapaktuan) Seekor Trenggiling (Manis javanica) masuk ke lingkungan Kantor Independen Pemilihan (KIP)...
#Berita
by Muhammad Ali Syahputra
30 Jan 2023
511 kali
Upaya Konservasi Keluarkan TRHS dari Daftar Warisan Dunia Dalam Bahaya, Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Kunjungi TNGL
Pada tahun 2004, UNESCO menetapkan 3 (tiga) Taman Nasional (TN) di Pulau Sumatra, TN Gunung Leuser,...
#Berita
by Administrator